Bisnis Pabrik Sepatu Mulai Berguguran
Pabrik Sepatu Bata Kok Tutup ? Pegawai, Publik, Pasar, Bahkan Orang Kementerian Perindustrian Bingung.
Bangkrut Kok Bingung ? Bangkrut itu Artinya Ya Bangkrut, Kok Bingung ? Malah Bikin Bingung
Headline Indonesia
Jakarta, 07/05/2024
Penutupan pabrik sepatu Bata di Purwakarta, Jawa Barat oleh produsen atau PT Sepatu Bata Tbk pada Selasa (30/4/2024) mendapatkan perhatian publik termasuk pemerintah. Demikian juga rasan-rasan giliran masuk buruh pabrik sepatu yang terjadi di Pabrik Sepatu asal Denmark, PT Ecco Sidoarjo awal Mei ini.
Dalam pengumumannya, PT Sepatu Bata Tbk menyebutkan sudah berupaya selama empat tahun terakhir menghadapi tantangan. Namun, dalam perjalanannya, sejumlah model sepatu yang diproduksi pabrik tersebut mengalami penurunan permintaan.
Menanggapi kejadian mendadak ini, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berjanji berusaha memanggil pihak manajemen sepatu Bata untuk mendapatkan penjelasan lengkap atas tutupnya pabrik tersebut.
"Kami akan panggil industri alas kaki Bata. Kami bingung (pabrik) ditutup, harusnya dibuka lagi pabriknya," kata Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif kepada pers di kantor Kemenperin, Senin (7/5/2024) tanpa merasa bersalah sama sekali.
Febri menyatakan bahwa industri alas kaki menurut data Kementerian Perindustrian dalam kondisi baik. Apalagi setelah diberlakukannya kebijakan larangan terbatas (Lartas) impor lewat Permendag Nomor 3 Tahun 2024 Tentang Perubahan Atas Permendag Nomor 36 Tahun 2023 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor.
“Kebijakan lartas ini kan mendorong agar investasi di industri alas kaki atau di sektor-sektor industri yang terkena lartas itu agar masuk, membangun pabrik di Indonesia,” ujar Febri.
Febri menyatakan bahwa komposisi bisnis Bata sebagian besar berada di sektor ritel yang diisi produk impor.
"Manufaktur Bata sendiri hanya sebagian kecil yang memproduksi sepatu. Itu pun bahan bakunya berasal dari impor," ujarnya.
Febri berharap pabrik sepatu tersebut kembali membuka pabriknya mengingat banyak pekerja yang bergantung dari pabrik tersebut. "Kami sarankan (Bata) perkuat lagi pabriknya di indonesia," tuturnya.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrialis dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Kemenaker Indah Anggoro Putri mengatakan, setiap perusahaan yang menutup operasinya dan merumahkan karyawan wajib memberikan hak karyawan sesuai aturan.
"Prinsip dari Kemenaker kalau memang bisnis atau usaha sudah tidak bisa dipertahankan alias bangkrut maka semua hak pekerja harus diberikan sesuai peraturan. Dan semua itu harus disepakati,” kata Indah.
Sementara itu Direktur Eksekutif Aprisindo Firman Bakrie mengatakan, sejumlah merek sepatu untuk segmen menengah ke bawah memang sedang tidak baik baik saja, industri ini tengah mengalami penurunan penjualan pada Lebaran 2024 kemarin.
Meski demikian, menurut Firman seharusnya bisnis sepatu Bata masih akan terus berjalan khususnya untuk bidang ritel.
"Selain produksi di Purwakarta, Bata juga masih memiliki skema bisnis berupa order maklun (pemesanan sepatu ke pabrik lain) untuk brand mereka,” kata Firman kepada pers.
Firman mengatakan, tutupnya pabrik sepatu Bata kemungkinan terjadi karena kerugian dari penurunan pesanan pada bulan Ramadahan lalu dengan biaya pemasukan perusahaan yang tidak seimbang.
Firman mengatakan, penurunan pesanan terjadi lantaran naiknya inflasi sehingga banyak kebutuhan pokok masyarakat, seperti pangan, yang naik drastis.
Masyarakat lebih mengutamakan memenuhi kebutuhan pokoknya dan kebutuhan sepatu menjadi nomor dua.
“Di tahun 2024 ini juga ramai tantangan, mulai dari inflasi pangan, dan lainnya. Beberapa brand pada Lebaran kemarin untuk segmen menengah dan menengah ke bawah mengalami penurunan dibanding untuk periode yang sama di tahun 2023 yang lalu. Yang pasti, ini juga berpengaruh pada produsen alas kaki," kata Firman.
Pukulan yang dialami oleh Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta ini juga bersesuaian dengan industri pabrik yang sama di Pusat Industri sepatu Jawa Timur di Sidoarjo.
Awal tahun 2024 yang lalu beberapa manager dari PT Ecco, industri sepatu dari Denmark di Sidoarjo diam-diam diminta mengundurkan diri.
Bukan karena pabrik bangkrut akan tetapi secara kasat mata terlihat upaya pabrik melakukan relokasi usahanya ke Vietnam. Biaya produksi dan ongkos tenaga kerja yang lebih murah di Vietnam membuat PT Ecco sudah sejak beberapa tahun terakhir membangun pabrik yang sama di Vietnam.
Akan tetapi langkah diam-diam ini dilakukan dengan melempar isu relokasi lokal ke Nganjuk yang memang memiliki UMK yang lebih rendah dari Sidoarjo. Akan tetapi dalam catatan media, PT Ecco telah melakukan relokasi sebagian pabrik dan produksi nya ke Vietnam dan bukan ke Nganjuk. Bahkan Bupati Sidoarjo dan termasuk Ibu Negara Jokowi datang untuk meminta agar relokasi tidak dilakukan ke luar Indonesia.
Sayangnya saat dikonfirmasi kembali, data-data lapangan yang didapat pada awal tahun 2024 yang lalu, malah dianggap tidak valid oleh beberapa oknum pegawai PT Ecco.
Akan tetapi isu tidak sedap di PT Ecco ini disusul oleh keluhan dan kekhawatiran sejumlah buruh pabrik PT Ecco yang awal Mei ini sudah mulai digilir jam kerja masuknya. Ada permasalahan serius dalam pengelolaan dan operasional.
Industri Sepatu di Indonesia memang sedang tidak baik-baik saja. Selain inflasi dan memburuknya berbagai indikator ekonomi, serangan bisnis intelijen Vietnam yang memberikan janji keuntungan operasional yang lebih besar, menjadi ancaman baru industri sepatu dalam negeri (DYN)